RSS

Berkat Twitter, Berkawan Dengan Israel, Palestina, Khususnya Hamas

06 Dec
Presiden Palestina Mahmoud Abbas

Presiden Palestina Mahmoud Abbas

Oleh : Mega Simarmata, Chief of Indonesia Military Watch

Jakarta, 6 Desember 2014 (KATAKAMI.COM) —  Dari sekian banyak sosial media yang ada dalam teknologi saat ini, hanya satu yang saya gunakan dan saya sukai yaitu twitter.

Dan berkat twitter ini, saya bisa berkawan dengan banyak tokoh dunia dan terhubungkan ke banyak negara didunia.

Termasuk Israel, Palestina, khususnya Hamas di Jalur Gaza.

Di akhir pekan ini, saya ingin mengenang sebuah peristiwa yang cukup menggelikan terkait sosial media twitter.

Baik dari blackberry, ataupun dari laptop saya, yang satu-satunya saya gunakan secara intens adalah twitter.

Pernah pada satu waktu (dan ini terjadi beberapa tahun lalu), saya sedang online di twitter.

Saya baca bahwa salah satu akun tak resmi milik Presiden Palestina Mahmoud  Abbas ternyata online disaat yang sama dengan saya.

Beliau menuliskan pesannya dalam bahasa Inggris, yang artinya seperti ini :

“Saya memutuskan bahwa follower saya urutan ke … (beliau menuliskan angka tertentu di situ, kalau tidak salah angkanya 500), adalah follower yang saya pilih untuk mendampingi saya berkunjung ke Jalur Gaza dan kami akan dilengkapi persenjataan yang lengkap”.

Tentu ini sebenarnya hanya sebuah guyonan dari Abu Mazen, panggilan dari Mahmoud Abbas.

Tapi karena penasaran, saya klik bagian daftar followers beliau, siapa sih follower yang dimaksud Abu Mazen akan diajak ke Jalur Gaza.

Ternyata follower yang dimaksud Abu Mazen adalah saya.

Setelah itu saya tertawa terbahak-bahak atas guyonan yang datang dari Tepi Barat.

Pesan itu tak bermaksud untuk menyinggung perasaan Hamas yang ada di Jalur Gaza.

Tapi barangkali, kalau saya bisa mengartikannya, semua tahu bahwa situasi keamanan di Jalur Gaza memang nyaris yang tak pernah kondusif.

Yang ingin saya sampaikan disini adalah twitter membuat saya menjadi mempunyai begitu banyak kawan di berbagai belahan dunia.

Twitter membuat saya menjadi dihargai dan dipercaya oleh banyak kalangan.

Dan saya sangat terharu sebab semua itu sungguh menyentuh hati saya.

Seumur hidup saya, satu kalipun saya tidak pernah berkunjung ke Israel, dan Palestina.

Walaupun kedua orangtua saya sudah beberapa kali berkunjung Israel dan Palestina untuk kepentingan wisata dan ziarah keagamaan.

Bahkan kedua orangtua saya menginap di Palestina untuk beberapa hari untuk kepentingan wisata dan ziarah keagamaan tadi.

Tapi twitter bisa menghubungkan dan membuat saya menjadi berkawan dengan banyak pihak, tanpa saya duga-duga dan tanpa pernah saya bayangkan sebelumnya.

Dan Abu Mazen beserta pemerintahannya di Tepi Barat sangat “welcome” dengan persahabatan yang cukup unik seperti ini.

Bahkan Perdana Menteri Palestina (sebelum Perdana Menteri yang sekarang) yaitu Salam Fayyad, sampai memfollow beberapa akun twitter saya.

Pemimpin tertinggi Hamas, dengan jabatan Kepala Biro Politik, Khaled Meshaal.

Pemimpin tertinggi Hamas, dengan jabatan Kepala Biro Politik, Khaled Meshaal.

Yang lebih tidak saya sangka-sangka adalah, saya bisa berkawan dengan Kelompok Hamas, juga berkat Twitter.

Pemimpin tertinggi Hamas, Khaled Meshaal, yang jauh lebih “ramah” kepada saya, dibanding Perdana Menteri Hamas di Jalur Gaza, Ismail Haniyeh.

Sebab, Khaled Meshaal bersedia untuk saling follow dengan saya di twitter.

Sedangkan PM Ismail Haniyeh, tidak ingin berkawan langsung dengan saya, melainkan menyuruh Jurubicara Hamas untuk menjadi kawan saya di twitter.

Salah seorang jurubicara Hamas adalah seorang wanita yang berparas sangat cantik, anggun dan mengagumkan.

Isra al-Modallal namanya, dan usianya sekitar 24 tahun.

Saya tahu bahwa Khaled Meshaal, walau berada di tempat pengungsiannya, tetap mengikuti perkembangan yang ada, yaitu membaca tulisan-tulisan saya (yang pasti sudah lebih dulu diterjemahkan ke dalam bahasa Arab oleh mereka karena tak mungin beliau ini mengerti bahasa Indonesia).

Dua hal yang saya hargai dari Khaled Meshaal yang bersedia untuk mempertimbangkan apa yang saya tuliskan untuk dirinya.

Pertama, bahwa ia perlu untuk lebih fleksibel dan memastikan bahwa pertukaran tahanan antara Gilad Shalit (prajurit Israel yang berkewarga-negaraan Perancis), yang ditukar dengan 1027 orang anggota Hamas yang ditahan di penjara-penjara Israel.

Saya merasa iba melihat ibu dari Gilad Shalit yang tak kenal lelah mengupayakan agar anaknya bisa dibebaskan setelah selama bertahun-tahun ditahan Hamas.

Saya juga sangat iba jika banyak warga Palestina yang ditahan di Israel.

Saya tahu bahwa keputusan ada di tangan Khaled Meshaal sebagai pemimpin tertinggi di Hamas sehingga apapun masukan yang perlu disampaikan kepada Hamas maka jalur yang terbaik adalah melalui Khaled Meshaal.

Hal kedua yang saya hargai dari Khaled Meshaal adalah ketika saya mengkritik ia tak pernah mau “pulang” walau sesaat ke tanah airnya sendiri yaitu ke Palestina, setelah bertahun-tahun berada di pengungsian.

Saya berpendapat bahwa ia harus pulang untuk menunjukkan bahwa ia adalah seorang pemimpin.

Jangan hanya berbicara dari luar negeri, tapi harus pulang mengunjungi Palestina.

Dan ternyata ia buktikan bahwa ia memang seorang pemimpin sejati.

Khaled Meshaal “pulang kampung”, tak lama setelah saya mengkritik bahwa ia hanya berani bicara dari tempat pengungsiannya.

Saya mengagumi kebersediaannya menerima kritik, apalagi dari seorang jurnalis asing seperti saya di negeri seberang.

Khaled Meshaal berkunjung ke Jalur Gaza pada bulan Desember 2012.

Saya tahu bahwa Meshaal adalah pemimpin yang keras luar biasa dan sangat teguh memegang prinsipnya.

Sama keras, dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, dalam menjalankan kebijakan dan komitmen yang sangat tak tergoyahkan untuk menempatkan faktor keselamatan dan keamanan didalam negerinya menjadi hal yang sangat prioritas.

Presiden Palestina Mahmoud Abbas dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu

Presiden Palestina Mahmoud Abbas dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu

Yang ingin saya sampaikan disini, bukan cuma semata bahwa saya di follow di twitter oleh Presiden Palestina Mahmoud Abbas dan jajaran pemerintahannya, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan jajaran pemerintahannya, termasuk oleh Khaled Meshaal dan Hamas di Jalur Gaza.

Dari Indonesia, saya ingin mengetuk hati mereka untuk yang ke sekian kalinya, agar mereka masing-masing mau memberikan kesempatan bagi terciptanya perdamaian.

Perdamaian tak akan pernah bisa terwujud, bila keamanan tidak terpelihara dengan sangat baik di masing-masing negara.

Ada segitiga yang saling terhubung dan saling terkait jika perdamaian antara Palestina dan Israel harus diwujudkan.

Segitiga itu adalah Fatah, Hamas dan Israel.

Kalau segitiga ini tak saling terhubung dalam suasana damai, tak akan pernah mungkin perdamaian bisa diwujudkan sampai kapanpun.

Walaupun Fatah dan Hamas bersatu, tapi kalau Israel tidak mau berdamai, hasilnya akan sama buruk.

Kalau Fatah yang saat ini menguasai pemerintahan di Tepi Barat bisa dan mau berdamai dengan israel, tapi Hamas tak sudi berdamai dengan Israel, hasilnya juga akan sama.

Tak akan pernah ada perdamaian.

Bulan Desember ini akan memasuki musim dingin disana.

Salju akan mulai menghiasi negara mereka masing-masing.

Kurangi konflik senjata di musim dingin seperti ini, antara Hamas dan Israel Defense Forces (IDF).

Israel juga harus berbaik hati untuk memperhatikan kondisi para tahanan Palestina di tahanan-tahanan mereka dalam situasi yang begitu dingin dan bersalju.

Perbatasan, dan jam besuk kepada tahanan, jangan dikurangi atau malah dilarang.

Hamas juga jangan terlalu garang melalui serangan-serangan militer mereka ke Israel.

Pernyataan terakhir yang disampaikan pekan ini oleh Khaled Meshaal mengenai Israel adalah :

“For every action, there’s a reaction”

Tidakkah Hamas menyadari bahwa aksi serangan itu, sebenarnya lebih banyak dimulai dari pihak Hamas, baru setelah itu ada serangan balasan dari Israel dengan intensitas (balasan) yang jauh lebih agresif?

Kurangi tingkat dan frekuensi serangan, baik Hamas, atau IDF.

Kalau memang sulit untuk mengurangi dan menghentikan konflik senjata, maka nasehat yang paling baik untuk disampaikan kepada mereka adalah, “Tolong beri kesempatan kepada komunitas internasional, yaitu seluruh warga dunia yang peduli terhadap perdamaian di Timur Tengah, yaitu perdamaian antara Israel dan Palestina, untuk bisa tarik nafas sejenak”.

Mungkin tidak disadari oleh Hamas dan oleh IDF, bahwa perang yang mereka lakukan, membuat banyak warga dunia bersedih hati, kuatir dan sulit untuk bernafas dengan lega karena peperangan (dimanapun itu terjadi) akan meresahkan dunia.

Menutup tulisan ini, ada sebuah pepatah dalam bahasa Indonesia yang mengatakan seperti ini,

Gajah di pelupuk mata tak tampak, semut di seberang lautan tampak”

Yang kalau mau disesuaikan dengan situasi sekarang adalah mengapa dengan seorang jurnalis seperti saya yang berada begitu jauh di seberang lautan, kecil bagai “SEMUT” dan harusnya tak kelihatan sebenarnya dari Tepi Barat, Gaza dan Yerusalem, tapi masing-masing dari ketiga  pemimpin ini justru bersedia bersahabat dengan saya dalam suasana yang penuh damai dan indah.

Tapi dengan tetangga yang saling berdekatan, mereka enggan untuk berdamai, bersahabat dan bersaudara.

Berilah jalan agar perdamaian itu terwujud, dan dimulai dari hal-hal yang kecil dan paling sederhana.

Salam dari Jakarta dan selamat berakhir pekan.   (*)

MS

 
Comments Off on Berkat Twitter, Berkawan Dengan Israel, Palestina, Khususnya Hamas

Posted by on December 6, 2014 in News

 

Tags:

Comments are closed.